Pagi ini, saya akan membagikan cerita pendek motivasi yang berjudul "Ketika Ayah Duduk Diam Termenung".Cerita pendek ini saya dapatkan dari salah satu siswa di Kabupaten Kebumen. Dengan Cerita pendek ini semoga dapat memotivasi bagi kita untuk selalu semangat untuk mengejar impian kita dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.
Hari yang indah dan cerah di salah satu taman terdapat warna-warni bunga indah yang indah menawan. Dan gumpalan awan putih yang indah menghiasi langit kebiruan. Terdapat banyak burung yang terbang disekitar taman dan banyak kupu-kupu menghinggapi bunga-bunga berbagai warna. Namun keindahan itu semua tidak bisa dilihat oleh seorang gadis yang berusia dua puluh satu tahun.
Merangkai Impian
https://www.sekolahpendidikan.com |
Namanya Pelangi, sebuah nama yang dirangkai sebagus mungkin oleh kedua orang tuanya. Nama yang seharusnya menjadi si pemandang nama tersebut dikelilingi oleh jutaan warna yang indah. Nama yang seharusnya menjadi ciri khas bahwa dirinya memang “Pelangi” yang pernuh warna.
Pelangi termenung merasakan hembusan angina yang menerpa tubuh serta wajahnya yang menimbulkan sensasi aneh yang membuatnya sedikit tenang begitu juga dengan perasaan hatinya. Tak ada raut wajah bahagia yang tampak olleh Pelangi selama lima bulan belalkangan.. hidupnya menjadi hampa dan sepi semenjak kejadian kecelakaan yang membuat kedua matanya buta. Taka da lagi warna-warni dunia yang mampu dilihatnya. Hari-harinya dipenuhi dengan kegelapan yang seakan membunuhnya perlahan. Semua harapannya sirna bersama dengan rusaknya kornea matanya. Cita-cita dan mimpinya menjadi seorang pianis yang hebat telah ia kubur dalam-dalam. Dia tidak mau bermimpi terlalu tinggi dengan melihat keadaan saat ini. Hidupnya menjadi terasa sepi dan kosong. Semua teman-teman Pelangi mulai meninggalkannya mulai dari satu per satu. Tidak ada datu orangpun yang berusaha menyemangatinya. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Wajah Pelangi yang dulu selalu ceria dan juga menemani pelangi setiap harinya telah sirna dan digantikan dengan wajah sayu penuh kesedihan.
“Aku duduk disini yah” salah satu suara seorang lelaki yang menyadarkan pelangi dari lamunannya di bangku yang ia duduki juga sedikit bergerak yangmenandakan ada seseoran yang duduk didekat Pelangi.
“Siapa kamu?” Tanya Pelangi dengan nada suara sedikit keras dan ketakutan sambil memutarkan kepalanya untuk mencari sumber suara.
“Aku Rain “ kata seorang lelaki itu, tangannya terjulur kearah Pelangi tak ada reaksi dan respon dari pelangi lalu Rain meraih tangan pelangi untuk menjabat tangannya.
“Pelangi” mengenalkan namanya kepda Rain. Sebenarnya Pelangi membenci perkenalan, karena menurutnya semua itu percuma karena Pelangi merasa pada akhirnya orang yang mengajak berkenalan akan menjauhinya setelah mengetahui yang buta.
Pelangi lanngsung mengambil langkah pergi dari dekat Rain ddengan bantuan tongkatnya tanpa memperdulikan suara lelaki itu yang memanggil namanya. Lima bulan mengalami kebutaan membuat instingnya menjadi tajam. Pelangi mampu menghafal jalan di sekitar rumah meskipun dia tidak dapat melihat.
“Pelangi!Pelangi! Rain terus memanggil Pelangi, namun pelangi tak menghiraukannya. Ketika pelangi semakin mempercepat langkahnya dan Rain berinisiatif untuk mengejarnya. Rain langsung menarik tangan Pelangi membuat Pelangi terlonjak kaget.
“Ada apa lagi?” Tanya Pelangi jengah. “Aku mau jadi teman kamu kata Rain serius. Pelangi sambil tertawa sinis “Sayangnya saya nggak mau” Ucap Pelangi sambil kambali melangkah pergi.
“Emangnya kenapa?” Tanya Rain menjajarkan langkah Pelangi.
Pelangi menghembuskan naafasnya sebal. “ Karena mustahil, mana mungkin ada seseorang yang mau bertaman dengan ku. Sudah cukup orang yang selama ini dekat denganku menjauhi karena kondisiku yang seperti ini.”
“Jangan pernah merendahkan sirimu sendiri.” Rain sambil menatap Pelangi dengan yakin. “Aku benar-benar ingin menjadi temanmu. Aku tidak memperdulikan kondisimu yang buta. Semua orang didunia ini pasti memiliki kekurangan.” Pelangi pun hanya terdiam tak mampu membalas perkenalan Rain.
“Jadi sekarang kita berteman?” Ujar Rain sambil meraih jari kelingking Pelangi untuk me disatukan dengan jari kelingkingnya. Pelangi hanya tersenyum kecil. Dia merasa ada yang berbeda dengan Rain. Perbedaan yang meyakinkan kalau dia tidak akan ditinggal lagi.
Rain melihat foto-foto yang tertata rapi. Di hadapannya ada salah satu foto yang membuatnya tertarik. Foto seorang gadis yang sedang memainkan piano. Gadis itu terlihat mahir dalam memainkan piano meski hanya dilihat dari fotonya saja. Lalu Rain memutar tubuhnya. Dia mendekati meja didekat sebuah piano. Ada lima buah piala terpajang disana. Piala yang merupakan penghargaan pemilikny atas kemampuan dan bakatnya memainkan piano.
“Pelangiii” Teriak Rain membuat Pelangi yang sedang duduk tak jauh dari dirinya segera meniup kedua telinganya menggunakan tangannya.
“ Bisa nggak sih kalau manggil saya nggak usah pake teriak.” Omel Pelangi. “Maaf saya kelepasan.” Ucap Rain sembari duduk di samping Pelangi. “Kamu bisa main piano” Tanya Rain antusias. “Bisa tapi itu dulu eaktu aku bisa melihat.” Kata Pelangi.
“Kalau sekarang kenapa tidak main lagi?” Tanya Rain.
“Kamu kan tahu sekarang aku buta, mana mungkin aku bisa main piano lagi.” Ujar Pelangi dengan senyum yang dipaksakan.
“Memangnya kamu sudah pernah mencobanya?” piker Rain untuk mencoba menyemangati Pelangi. “Ayo dong main satu kali lagi, pasti keren.”
:”Nggak” tolak Pelangi.
Dia tidak mau bermain piano lagi karena baginya itu semua hanya mengingatkan pada masa lalunya dan mengingatkannya kepad atemannya yang dulu selalu menyemangatinya, tapi entah pergi kemana teman-temannya saat dirinya sedang terpuruk.
“Ya sudah aku pulang dulu ya, besok aku jemput kamu jam tiga sore.” Pelangi hanya mengangguk yang menandakan bahwa ia menyetujuinya.
Bagi Pelangi, gelap adalah terang baginya, warna-earni hidupnya telah kembali sejak kedatangan Rain. Pelangi meyakini kalau kedatangan Rain membuat jalan hidupnya akan lebih menarik. Kaos putih berbalut cardiganpink dengan celana jeans telah melakat indah ditubuh Pelangi. Tidak lupa, Pelangi menyisir rambutnya dengan menyisakan sedikit untuk ia jadikan pon, dan juga tas kecil dilengannya itu sudah menyempurnakan penampilannya. LAlu Rain daang ke rumah Pelngi lalu mengajak Pelangi pergi. Rain menuntun pelangi untuk masuk kedalam taxi yang ia pesan.Ia akan membuat perubahan dalam hidup Pelangi agar ia bisa semangat seperti dulu lagi meskipun pelangi tidak bisa melihat indahnya dunia seperti dulu. Rain yakin Pelangi mempunyai keindahan tersendiri dalam kegelapannya. Kegelapan yang akan membuatnya bahagia.
“Kita mau kemana sih Rain?” Tanya Pelangi penasaran setelah mereka turun dai taxi.
“Rahasia dong.” Bahkan Rain pun tidak mau memberi tahu tujuannya mengajak pergi. Pelangi merasa memasuki sebuah ruangan. Ia mendengar banyak orang yang berbicara di ruangan tersebut. Bau makananmenggoda perutnya. Instingnya mengatakan bahwa ia ada disebuah cafe atau restoran.
“Kamu duduk dusini yah” suruh Rain mendudukan Pelangi di sebuah kursi . PElanmgi merasa ada langkah yang menjauh. Apa Rain meninggalkannya.
“Selamat sore semuanya, selamat menikmati di café ini.” Pelangi kaget mendengar Rain berbicara melalui pengeras suara. “ Kali ini saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk sahabatku Pelangi.”
Rain mulai menyanyikan jangan menyerah milik D’masiv. Walau Pelangi tidak bisa melihatnya saat Rain bernyanyi, seperti kedua matanya kini sedang dibuat terpaku dengan penampilan Rain. Suaranya yang bagus itu menggetarkan hati Pelangi. Setiap kata dari lagu tersebut memiliki makna yang mendalam dan membuat perasaan tersentuh. Ia sungguh malu dengan perasaannya karena sempat mengeluh dengan keadaannya saat ini. Mungkin banyak orangyang lebih menderita darinya diluar sana. Pelangi terpaku dengan suara Rain sampai tidak menyadari kalau Rain sudah selesai bernyanyi.
“Dan saya sekarang akan mengundang teman saya yang berbakat bermainpiano untuk naik keatas panggung.”
“Pelangiii”. Semua pengunjung di café serentak bertepuk tangan. Justru Pelangi gemetaran mendengar ucapan Rain. Mungkin kalau Pelangi bisa melihat ia tidak akan sepanik ini.
Di tengah kepanikan yang Pelangi alami, Rian menepuk bahu Pelangi. “Aku yakin kamu pasti bisa.” Ucap Rain lalu mengajak Pelangi untuk naik keatas panggung. Namun pelangi menahannya, wajahnya mulai pucat karena takut.
“Kamu takut?” Tanya Rain. Pelangi tetap diam tidak menjawab pertanyaan Rain. “Hai! Kok nggak dijawab?Apa perlu aku ulangi.” Sindir Rain yang membuat Pelangi seketika menahan amarahnya. “Apa yang sebenarnya Rain inginkan, apa ia ingin membuatku malu didepan banyak orang”
“Nggak perlu!” ucap pelangi tak kalah tajam. “Dan kamu salah! Aku tidak takut.”
Rain tertawa sinis, ia menatap pelangi dengan santai. “ Kamu yakin takut? Kalau kamu takut, mending kita pulang aja dan lupakan semua tentang aku. Mungkin kamu lebih senang menikmati hidupmu yang gelap.” Setiap kata yang keluar dari bibir Rain mampu menusuk hati Pelangi, tapi pelangi merasa ada pesan tersembunyi disana. Rain selalu membuatnya keluar dari ketakutannya.
Pelangi tersenyum tipis lalu menyentuh tangan Rain “Aku akan buktikan kalau aku tidak takut.” Kata Pelangi. Lalu Pelangi duduk dihadapan piano, salah satu benda yang dulu selalu menemaninya sehari-hari. Seluruh badannya kini meneteskan keringat dingin. Pelangi terdiam diatas panggung.
“Turun Woy! Mana mungkin orang buta bisa main piano” teriak salah satu seorang pengunjung yang menyuruh pelangi turun dari panggung dengan kata-kata kasar. Pelangi masih terdiam, Rain semakin kesal karena tadinya hanya cacian dan makian, kini orang menimpukinya dengan berbagai macam benda.
Pelangi mulai mengingat letak tuts-tuts piano yang dulu selalu menjadi tempatnya mencurahkan hatinya. Tangannya mulai menyentuh benda yang tak asing baginya. Dari jauh Rainmenatap Pelangi dengan pandangan sedikit tidak yakin. Mereka terdiam menikmati alunan music yang dimainkan pelangi dengan penuh perasaan. Seluruh pasang telinga yang mendengar permainan piano yang dimainkan oleh Pelangi.
Dibalik piano besar itu, Imajinasi yang menganggap kalau permainan kalau permainan pianonya seindah dulu. Pelangi menyudahi permainannya, seluruh orang yang tadi sempat melemparinya sengan berbagai macam benda kini tak henti-hentinya bertepuk tangan.
“Rain, makasih ya.” Kata pelangi tulus. “ Iya, sama-sama.” Ucap Rain tersenyum manis. “Dulu aku juga sempat merasa takut seperti apa yang kamu rasakan.
“Percaya nggak klo sebenarnya aku tuli?” Pertannyaan Rain membuat pelangi terkejut.
“Aku divonis tidak dapat mendengar sejak dua tahun yang lalu. Kepalaku terbentur ke lantai saat akuterjatuh dari tangga dan membuat saraf pendengaranku putus.” Pelangi terkejut.
“Lalu bagaimana kamu bisa menanggapi perkataan lawan bicaramu?” Tanya Pelangi. “Kehilangan pendengaran membuat mataku lebih jeli. Aku selalu memperhatikan gerak bibir lawan bicaraku untuk mengetahui perkataanya.
“Lalu bagaimana dengan bernyanyi?”
“Aku suka sekali bernyanyi, sama sepertimu, aku menyanyi mengandalkan perasaanku. Awalnya aku pun takut, tapi aku tak mau ketakutan merenggut mimpiku menjadi seorang penyanyi.”
“aku ingin kita mengejar impian kita dengan keistimewaan yangh kita miliki.” Kata Rain sambil meraih jari kelingking Pelangi untuk disatukan dengan jari kelingkingnya.
“buktikan ke dunia kalau keterbelakangan bukan halangan untuk meraih impian.”
By : Tanpa Nama, Salah satu murid di Kabupaten Kebumen
By : Tanpa Nama, Salah satu murid di Kabupaten Kebumen
0 komentar:
Post a Comment