sumber : https://catatanshoim.files.wordpress.com
Seorang Ibu mempunyai seorang suami dan empat anak laki. Ibu ini adalah ibu yang sangat rajin dan cekatan. Ia mampu mengatasi berbagai pekerjaan rumah tangga, termasuk belanja, memasak, mencuci, hingga menjaga kebersihan rumah. Namun Ibu yang sangat senang akan kebersihan ini, paling tak suka bila karpet di rumahnya kotor. Padahal ia memiliki 5 orang laki-laki yang mana hanya satu di antaranya yang mungkin bisa memahami peraturan bahwa istri dan ibunya tak suka karpet kotor. Tentu saja hal ini cukup membebaninya, keinginan akan sebuah karpet yang selalu bersih Karena tidak tahan akan hal tersebut, Ibu itu menemui seorang psikolog dan menceritakan keadaan rumah tangganya. Oleh Psikolog itu si Ibu disuruh menutup kedua matanya. Wanita itu kemudian menutup kedua matanya. Ia mendengarkan instruksi dari sang psikolog, “Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?” Sambil tetap menutup mata, senyum Ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Psikolog itu melanjutkan “Itu artinya tidak ada seorangpun di sisi ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah Ibu sepi dan kosong tanpa orang- orang yang Ibu kasihi.” Mendengar apa yang dikatakan oleh psikolog itu, seketika wajah sang Ibu berubah keruh. Senyumnya seketika menghilang, nafasnya terburu seolah terisak. Ada guncangan dalam perasaannya, serta langsung merasa gelisah memikirkan suami dan anaknya di rumah. “Sekarang lihat kembali karpet itu, Ibu melihat jejak sepatu dan kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama Ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati Ibu,” ujar si psikolog. Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia bisa membayangkan hal di rumahnya kembali membaik. “Sekarang bukalah mata ibu,” kata si psikolog. Ibu itu membuka matanya. “Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?” Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Aku tahu maksud Anda,” ujar sang ibu. “Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif.” Sejak saat itu, si Ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu di sana, ia tahu, keluarga yang dikasihinya ada di rumah. Ibarat sebuah rumah besar namun dengan penghuni sedikit dan jarang bertemu, tentu akan lain halnya dengan sebuah rumah kecil yang hangat akan canda dan suka duka bersama keluarga. Ibarat rumah yang selalu bersih namun selalu sunyi, apalah artinya bila dibandingkan dengan rumah yang harus selalu dibersihkan karena selalu hidup dan berpenghuni. Kesempurnaan yang kita inginkan, janganlah menyingkirkan kehangatan yang kita miliki. Syukurilah apapun yang diberikan oleh-Nya. Semua ada untuk menyempurnakan hidup kita, baik itu manis maupun getir.
Tag: cerita pendek, cerpen, cerita motivasi, kisah motivasi, kisah membangun, cerita inspirasi
0 komentar:
Post a Comment